LAPORAN PRAKTIKUM PH TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA IX

"Reaksi pH Tanah"

Dosen Pengampu : Ir. Inkorena G.S. Soekartono, M. Agr



Disusun oleh :


Nama : Supiah Zihad
NPM : 183112500150035
Kelompok 2B




PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

     Penentuan reaksi tanah sangat diperlukan dalam klasifikasi dan pemetaan tanah. Selain itu untuk menasir lanjut tidaknya usia perkembangan tanah dan juga diperlukan dalam penggunaan tanah yang berhubunhan dengan kesesuaian atau kecocokan tanaman. Reaksi tanah merupakan sifat kimia tanah yang penting untuk diamati karena berpengaruh terhadap serangkaian proses-proses kimiawi dalam tanah, antara lain proses pembentukan mineral lempung, reaksi kimia dan biokomiawi tanah, serta penentuan status hara dalam tanah. Reaksi tanah menunjukkan perimbangan konsentrasi asam-basa dalam tanah dan kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam tanah. pH sangat penting untuk diamati, sebab dapat digunakan untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, dapat menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi keragaman pH tanah yaitu bahan induk, iklim, bahan organik, dan perlakuan manusia. Percobaan ini didasarkan pada banyaknya ion H+ yang terdapat dalam larutan tanah yang dikenal ada dua macam pH, yaitu pH actual dan pH potensial. Kemasaman yang terukur selain di dalam tanah juga di kompleks jerapan tanah. Adapun metode yang digunakan dalam penentuan nilai pH pada praktikum ini yaitu metode pengukuran secara elektrometri, yaitu dengan menggunakan pH meter. Untuk pengukuran pH actual menggunakan bahan pendesak H₂O sedangkan untuk pengukuran pH potensial menggunakan bahan pendesak KCl.

B. Tujuan

     Praktikum ini bertujuan untuk menentukan reaksi pH tanah


II. TINJAUAN PUSTAKA

     Ketersediaan unsur hara bagi tanaman sangat tergantung dari beberapa faktor, diantaranya pH tanah. Nilai pH berkisar antara 0 – 14. Makin tinggi kepekatan H+ dalam tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya makil kecil kepekatan H+, makin tinggi pH tanah tersebut. Sehubungan dengan nilai pH ini dijumpai tiga kemungkinan yaitu : masam, netral dan alkalis. Nilai pH = 7,0 berarti kepekatan H+ sama dengan kepekatan OHˉ disebut netral. Bila nilai pH kurang dari 7,0 berarti kepekatan H+ lebih tinggi dari kepekatan OHˉ, dan disebut masam. Bila pH lebih dari 7,0 berarti kepekatan H+ lebih kecil dari kepekatan OHˉ, disebut alkalis.
Kemasaman disebedakan atas :
1. Kemasaman aktif 
2. Kemasaman potensial

    Kemasaman aktif disebabkan oleh H+ bebas yang ada dalam larutan tanah, sedangkan kemasaman potensial (cadangan) disebabkan oleh H+ dan AL3+ yang terjerap pada permukaan jerapan. Ion H+ dalam larutan tanah berada dalam keseimbangan dengan H+ yang terjerap. Bila kepekatan H+ dalam larutan tanah berkurang maka H+ pada kompleks jerapan masuk ke dalam larutan. Sebelum pH mengikat, maka H+ yang ada pada kompeks jerapan ini harus dinetralkan terlebih dahulu. Kepekatan H+ dalam larutan tanah tidaklah sama untuk setiap tempat. Pada permukaan kompleks jerapan H+ tinggi dan makin jauh dari kompleks jerapan kepekatannya berkurang. Pengaruh pH pada pertumbuhan tanaman berbeda menurut jenis tanaman. Tanaman yang tumbuh baik pada pH rendah adalah the, azalea, jagung, gandum. Pada pH agak tinggi adalah asparagus. Pengaruh kepekatan H+ terhadap akar tanaman dan tersedianya unsur hara bagi tanaman telah banyak diteliti. 


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan bahan
    Alat yang digunakan adalah gelas ukur, shaker dan pH meter. Bahan yang digunakan adalah tanah, aquadestilata dan KCl.

B. Cara kerja
1. Ditimbang 10 gram tanah, dimasukkan ke dalam botol dan ditambah 10 ml aquadestilata.
2. Dikocok selama 30 menit kemudian didiamkan sebentar.
3. Diukur pH dengan pH meter.
4. Selanjutnya dengan metode yang sama, pergunakan perbandingan 25 ml aquadestilata, 50 ml aquadestilata dan 10 ml KCl.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil



NO.
Gambar
( Citeko 0 - 27)
Keterangan
1.




Akuades 1:5
pH = 6,95
2.



Akuades 1:3
pH = 7,45
3.



KCL 1:3
pH = 6,15

Perbandingan kedalaman pH tanah di Citeko
NO.
( Citeko)
Akuades
KCl
1:5
1:3
1:3
1.
0-27
PH = 6,95
pH = 7,45
pH = 6,15
2.
27-55
pH = 8,30
pH = 7,35
pH = 5,80
3.
55-73
pH = 7,80
pH = 8,35
PH = 6,40


B. Pembahasan

     Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan pada sampel tanah Citeko didapatkan hasil yang berbeda-beda. Di dalam sampel tanah dengan kedalaman 0-27 yang menggunakan larutan aquades dengan perbandingan 1:5 dan 1:3 menghasilkan pH 6,95 dan 7,45, sementara dengan menggunakan larutan kcl dengan perbandingan 1:3 menghasilkan pH 6,15. Di dalam sampel tanah dengan kedalaman 27-55 yang menggunakan larutan aquades dengan perbandingan 1:5 dan 1:3 menghasilkan pH 8,30 dan 7,35, sementara dengan menggunakan larutan kcl dengan perbandingan 1:3 menghasilkan pH 5,80. Di dalam sampel tanah dengan kedalaman 55-73 yang menggunakan larutan aquades dengan perbandingan 1:5 dan 1:3 menghasilkan pH 7,80 dan 8,35, sementara dengan menggunakan larutan kcl dengan perbandingan 1:3 menghasilkan pH 6,40.
    Dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan larutan aquades dan larutan kcl yang dilakukan dengan H2O dan kcl pH H2O yang dihasilkan lebih tinggi dari pada pH kcl. Hal ini dikarenakan kemasaman yang di ukur dengan H2O adalah kemasaman aktif, sedangkan pH kcl adalah kemasaman aktif dan potensial. Kcl mampu mengukur aktivitas H+ yang ada di luar larutan tanah disebabkan karena ion K+ yang berada pada kcl dapat di tukar dengan ion H+ sedangkan hal tersebut tidak berlaku pada H2O. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan kcl dari pada H2O karena hasil lebih akurat. Kcl dalam tanah dapat mengusir bahan atau larutan yang bermuatan negative dan kcl tersebut juga dapat digunakana sebagai larutan yang meningkatkan pH tanah dan aquades juga dapat digunakan sebagai larutan yang menetralkan tingkat kemasaman pada tanah.
    Adapun istilah tanah masam, Tanah masam adalah tanah yang memiliki pH <5,5, baik itu berupa lahan kering ataupun lahan basa semakin rendah pH tanahnya, maka semakin ekstrim tingkat kemasamannya. Keasaman tanah di tentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalam tanah tersebut, apabila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi masam, begitu sebaliknya bila kepekatan ion hidrogen terlalu rendah maka tanah akan bereaksi basa, pada kondisi ini kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+. Adapun tanah menjadi masam yaitu air hujan, karena hampir semua air hujan ber pH rendah atau asam, kemudian respirasi akar tanaman juga menghasilkan karbon di oksida karena proses respirasi akar , dan selama periode pertumbuhan akar dapat menyebabkan karbon dioksida di tanah yang konsentrasinya lebih tinggi beberapa kali dari atmosfer, sehingga terjadi peningkatan jumlah karbon dioksida terlarut di dalam air tanah dan menyebabkan peningkatan keasaman tanah atau pH menjadi lebih rendah, selanjutnya yang menyebabkan tanah menjadi masam yaitu pupuk, bahan organic, tanaman, dan hujan asam.
    Kemasaman dikenal ada dua yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial, kemasaman aktif disebabkan oleh H+ dalam larutan, sedangkan kemamasan potensial disebabkan oleh ion H+ dan Al yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan jika konsentrasi ion H+ dan OH seimbang, maka reaksi tanah akan netral yaitu pada pH 7. Apabila konsentrasi ion H+ lebih besar dari OH maka reaksi tanah akan masam dan nilai pH nya <7, sedangkan bila konsentrasi OH lebih besar dari H+ maka reaksi tanah akan basa yaitu pH >7(Sutanto, 2005).



IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
  1. Dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan larutan aquades dan larutan kcl yang dilakukan dengan H2O dan kcl pH H2O yang dihasilkan lebih tinggi dari pada pH kcl.
  2. Kemasaman yang di ukur dengan H2O adalah kemasaman aktif, sedangkan pH kcl adalah kemasaman aktif dan potensial.
  3. Kcl mampu mengukur aktivitas H+ yang ada di luar larutan tanah disebabkan karena ion K+ yang berada pada kcl dapat di tukar dengan ion H+ sedangkan hal tersebut tidak berlaku pada H2O.
B. Saran
    Kandungan bahan organik, pupuk, tanaman dan hujan asam mempengaruhi tingkat kemasaman tanah. Salah satu hal yang bias dilakukan agar tingkat kemasaman tanah sesuai yaitu dengan mengatur kadar kepekatan ion hydrogen pada tanah.


DAFTAR PUSTAKA


Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.

Sukartono, G.S. Inkorena. 2019. Penuntun Praktimum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Nasional: Jakarta. 

Arto, Anggrio. 2015. Reaksi (pH) Tanah. Universitas Lampung : Lampung.

Comments

Popular Posts